Hai everyone !
Selamat datang lagi di blog saya. Semoga kalian tidak bosan ya membaca cerita-cerita yang saya sampaikan di blog ini. hehe
Nah post kali ini saya dedikasikan untuk menjawab 3 pertanyaan yang saya terima di ask,fm terkait Puteri Muslimah Indonesia 2016. Ini dia pertanyaannya (yang sebenarnya lebih condong ke perintah sih yaa) haha

Nah cerita ini akan saya mulai dari keikutsertaan saya di audisi Puteri Muslimah Indonesia 2016 kota Jakarta pada hari Minggu tanggal 24 April 2016. Mengapa saya ingin ikut Puteri Muslimah Indonesia ?
Jadi begini, saya adalah penggemar ajang kecantikan dari kelas 4 SD gara-gara nonton Artika Sari Devi (haha). Semenjak itu saya benar-benar penggemar Puteri Indonesia. Semakin besar, saya kemudian tidak hanya mengikuti Puteri Indonesia dan Miss Universe saja, tapi saya mulai kepo ke ajang kecantikan negara lain. Alhasil membuat pengetahuan saya terkait pageants agak lumayan lah (meskipun belum banyak) dan membuat saya tertarik juga untuk bergabung dalam ajang beauty pageants. Saya memulai dengan mengikuti Gading Model Search 2016 dan masuk sebagai semifinalis satu-satunya yang berjilbab. Dari GMS 2016 tersebut saya merasa saya masih tertantang untuk mengikuti ajang yang lain. Dan ternyata Puteri Muslimah saat itu sedang mengadakan audisi di bulan April juga. Kemudian saya berpikir, mungkin Puteri Muslimah adalah ajang yang bisa mengakomodir passion saya dalam hal pageant, dan mengakomodir saya yang menggunakan jilbab. Yap, itulah alasan saya untuk mengikuti audisinya di FX Sudirman kala itu.
Saya datang ke FX Sudirman pada pukul 12 siang dan antrian nya sudah sangat panjang. Setelah mengambil formulir, saya diukur tinggi badan dan berat badan. Tinggi badan saya saat saya ukur di poliklinik kampus adalah 164 cm dan setelah diukur oleh si petugas (yang sepertinya sangat ahli korupsi tinggi badan) walhasil tinggi badan saya hanya 162 cm sodara sodara !
Dari pos pengukuran tinggi badan tersebut, kemudian saya diminta antri, untuk ke tahap ujian tertulis terkait basic ilmu agama. Sambil menunggu, panitia memberikan hiburan dan beberapa part talkshow dengan finalis sebelumnya. Para finalis tahun 2015 ini dalam talkshow nya menggembar-gemborkan bahwa audisi hari itu akan menuntut para calon finalis untuk menampilkan bakatnya dan akan ada deep interview. Saya berpikir dong "Wow, berarti ajang ini memang bermutu".
Kemudian tibalah saya untuk dipanggil test tertulis. Test tertulis berisi 25 soal pilihan ganda terkait ilmu agama dan umum yang harus diselesaikan peserta pada waktu 3 menit. Setelah menyelesaikan itu, saya kembali menunggu untuk tahap selanjutnya yaitu interview. Oh iya, FYI saja, pihak panitia memberikan setiap peserta CV yang harus diisi secara mendetail terkait kepribadian, visi misi sebagai perempuan, pendapat tentang perempuan yang ideal, sampai pertanyaan makanan favorit, dan artis favorit. (Seriusan itu adaaa). Saya kembali merasa wow dong ya melihat CV nya mendetail itu. Okay balik ke audisi. Setelah menunggu sebentar, akhirnya giliran saya untuk interview. Panitia memberi tahu saya untuk mempersiapkan foto, CV dan meminta saya untuk membawa hasil test tertulis tadi.
Setelah itu saya masuk ke ruang interview. Ada 2 orang juri. Perempuan dan laki-laki. Juri perempuan menghadap saya, dan juri laki laki berputar-putar di kursi nya, tidak melihat saya. Saya diminta untuk memperkenalkan diri, kemudian juri (yang saya tidak tahu namanya) membaca CV saya yang bagian depan dan melihat prestasi saya pernah menjadi juara lomba penyiar radio, dan meminta saya untuk melakukan opening saat siaran. Dan saya melakukan nya. Setelah saya melakukan nya, kemudia juri bilang bahwa saya tidak lolos. Dan sudah. Berakhir. End. Selesai. Itu saja yang terjadi di ruang (yang katanya) tempat interview. Saya sempat bingung beberapa saat. Kemudian saya bertanya ke beberapa teman saya, dan ternyata hal tersebut dialami juga oleh mereka. Saya lihat jam, dan saya ternyata hanya diruangan itu selama 3 menit. 3 menit sodara sodara ! Saya yakin, 3 menit itu tidak akan cukup untuk membaca CV yang seabrek-abrek itu lho.
Sedikit kecewa sih. Kemudian saya ke kamar mandi dan saya menemukan beberapa peserta audisi yang juga sedang membicarakan hal yang sama. Ada yang bilang, kami tidak lolos karena tinggi badan. Alasan itu terbantahkan karena Finalis tahun 2015 saja ada juga kok yang pendek. Dan teman saya yang tingginya 170 cm juga ditolak. Jadi, tinggi badan sepertinya tidak menjadi ukuran. Lagipula, banyak di ajang kecantikan lain yang lebih kredibel, memenangkan wanita dengan tinggi yang tidak begitu tinggi. Contohnya Miss USA 2012, memenangkan Olivia Culpo yang tingginya hanya 166 cm. Olivia juga menadi juara Miss Universe 2012 lho.
Selain tidak transparan dalam penilaian, maner juri juga sangat tidak professional menurut saya. Saya yakin selama saya interview berlangsung, tidak satupun juri membuka hasil test tertulis saya. Jadi, untuk apa test tertulis dilakukan jika memang tidak dilihat oleh juri? Selain itu, selama interview, saya yakin tidak melihat juri membaca CV saya sampai tuntas. Yakin seratus persen. Karena CV saya hanya dipegang oleh juri perempuan, dan juri perempuan meminta saya untuk memperkenalkan diri sekaligus meminta saya untuk menjadia peyiar radio. Dan juri laki-laki, sibuk makan sodara-sodaraa !
Ternyata audisi yang menurut saya tidak professional tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta. Di Bandung, banyak peserta yang mengeluhkan hal yang sama melalui instagram Puteri Muslimah Indonesia di @puterimuslimahid.
Jika saya boleh membandingkan, menurut saya GMS 2016 jauh lebih transparan dalam hal penialain. Karena audisi dilaksanakan secara terbuka, semua orang bisa menilai dan memiliki juri yang kredibel seperti Musa Wiryatmoko yang saya tahu sudah wara-wiri di dunia fashion tanah air.
Saran saya untuk panitia Puteri Muslimah Indonesia, mungkin lebih transparan saja terkait juri dan kriteria penilaian. Sehingga tidak ada kecurigaan dari para peserta audisi. Lebih baik, karena ajang ini memiliki banyak kriteria penilaian, audisi menggunakan sistem gugur di setiap tahap nya, dan dilaksanakan secara terbuka sehingga lebih fair. Karena saat interview dilaksanakan di ruang tertutup dan hanya dengan 3 pertanyaan, seperti yang dilakukan di audisi jakarta, independensi juri juga sangat dipertanyakan. Semoga ajang ini benar-benar bisa menjadi wadah bagi perempuan muslim yang modern, moderat, cerdas dan berbakat. Good luck juga nih buat finalis yang terpilih !
Yap, itu saja ya cerita soal Puteri Muslimah Indonesia 2016. Anyway, gara gara ikut Puteri Muslimah Indonesia, saya jadi tertarik untuk ikut ajang lain dan mengetahui bagaimana kriteria penilaian di ajang tersebut. Biar saya bisa tahu secara mendalam dan bisa memberikan penilaian dan review lagi. Hahaha
See you on my next post gaes !
PS : bonus foto gadis gadis cantik !
Selain tidak transparan dalam penilaian, maner juri juga sangat tidak professional menurut saya. Saya yakin selama saya interview berlangsung, tidak satupun juri membuka hasil test tertulis saya. Jadi, untuk apa test tertulis dilakukan jika memang tidak dilihat oleh juri? Selain itu, selama interview, saya yakin tidak melihat juri membaca CV saya sampai tuntas. Yakin seratus persen. Karena CV saya hanya dipegang oleh juri perempuan, dan juri perempuan meminta saya untuk memperkenalkan diri sekaligus meminta saya untuk menjadia peyiar radio. Dan juri laki-laki, sibuk makan sodara-sodaraa !
Ternyata audisi yang menurut saya tidak professional tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta. Di Bandung, banyak peserta yang mengeluhkan hal yang sama melalui instagram Puteri Muslimah Indonesia di @puterimuslimahid.
Jika saya boleh membandingkan, menurut saya GMS 2016 jauh lebih transparan dalam hal penialain. Karena audisi dilaksanakan secara terbuka, semua orang bisa menilai dan memiliki juri yang kredibel seperti Musa Wiryatmoko yang saya tahu sudah wara-wiri di dunia fashion tanah air.
Saran saya untuk panitia Puteri Muslimah Indonesia, mungkin lebih transparan saja terkait juri dan kriteria penilaian. Sehingga tidak ada kecurigaan dari para peserta audisi. Lebih baik, karena ajang ini memiliki banyak kriteria penilaian, audisi menggunakan sistem gugur di setiap tahap nya, dan dilaksanakan secara terbuka sehingga lebih fair. Karena saat interview dilaksanakan di ruang tertutup dan hanya dengan 3 pertanyaan, seperti yang dilakukan di audisi jakarta, independensi juri juga sangat dipertanyakan. Semoga ajang ini benar-benar bisa menjadi wadah bagi perempuan muslim yang modern, moderat, cerdas dan berbakat. Good luck juga nih buat finalis yang terpilih !
Yap, itu saja ya cerita soal Puteri Muslimah Indonesia 2016. Anyway, gara gara ikut Puteri Muslimah Indonesia, saya jadi tertarik untuk ikut ajang lain dan mengetahui bagaimana kriteria penilaian di ajang tersebut. Biar saya bisa tahu secara mendalam dan bisa memberikan penilaian dan review lagi. Hahaha
See you on my next post gaes !
PS : bonus foto gadis gadis cantik !
(Damayanti, finalis tahun lalu dan saya minta dia foto dengan muka jelek. haha. Thaks kak Dam :) )