Friday, December 25, 2015

Tentang Suami Istri, menurut Yasinta

Haloo, selamat malam. Semoga keberkahan Tuhan selalu menyertai kita semuaa yaa. Aamiin *sudah segar setelah liburan *jadi inget kalo mau cerita soal liburan *cerita soal liburan nya besok aja ya haha

Hari ini saya akan berbagi cerita soal teman saya. Perempuan kok, tenang aja. Kita ketemu di tempat fitness. Dia keturunan bule gitu. Hidung nya mbangir dan bikin kepengen punya anak dengan hidung kayak gitu *eh

Jadi, tadi malam sekitar pukul 8 malam, dia menelfon saya dalam rangka pamit. Dia mau pergi liburan ke negara pacar nya, dalam rangka Natal dan tahun baru. Obrolan kami awalnya hanya berkutat pada alasan kenapa dia sudah lama tidak fitness, kemudian dia menjawab bahwa sudah tidak ada semangat untuk fitness karena tidak ada sang pacar. Wajar saja sih, mereka memang ketemu nya di tempat fitness. Semoga saya juga menemukan suami yang doyan olahraga. *apa hubungan nya*

Kemudian obrolan kami berlanjut ke pacar nya. Saya lupa namanya. Mereka menjalin hubungan sejak 2 bulan yang lalu. Sekarang -menurut teman saya-, mereka sudah mau bertunangan. Itulah alasan utama kenapa teman saya ini rela datang ke negara pacar nya.

Teman saya bilang bahwa saat fitness dulu, dia sampai rela ganti "kostum" fitness dari celana boxer dan kaos oblong ke pakaian ketat two pieces yang -ya menurut saya- seksi demi menarik perhatian pacar nya sekarang. Saya bertanya, kenapa kamu harus sampai seperti itu?

"Karena saya menyukai dia. Saya mau dia melihat bagian terbaik dari saya. Saya menyukai dia, saya mau dia melihat saya sebagai seseorang yang indah"

DEG !

"Hanya butuh satu kejadian"- Negeri Van Oranje

Saya diam saat mendengar jawaban nya di telfon. Saya kaget sekaligus kagum. Jawaban nya luar biasa menuut saya, jawaban nya kemudian membuat saya berpikir.

Saat Nadine -nama teman saya- yang saat fitness dulu mengaku menyukai pacarnya yang sekarang saja sampai melakukan hal yang seperti itu, bagaimana saya akan bersikap dan berperilaku kepada suami saya nantinya, yang saya mengaku mencintai dia?

Kemudian saya merefleksikan itu ke dalam diri saya. Dan saya kemudian menyimpulkan satu hal.

1. Suami berhak mendapatkan istri yang  mencintai dia. Cinta yang diwujudkan dengan menjadi istri yang cantik, menyenangkan, yang whole package lah pokoknya. Itulah kemudian salah satu hal yang memotivasi saya untuk menjaga kesehatan, untuk olahraga, untuk tidak berhenti membaca buku, untuk tidak berhenti berbuat baik, untuk selalu menjadi gadis ramah, untuk selalu memperbaiki diri, untuk terus berproses menjadi lebih baik menurut saya.

Bagaimana kemudian cara suami memperlakukan istri jika ada istri berpikir seperti itu?

Ibu saya hanya mengajarkan saya untuk memberi, dan tidak melihat balasan nya. Tetapi ibu saya juga mengajarkan saya bahwa saat saya memberi sesuatu yang baik, yakinlah Tuhan akan membalasnya dengan sesuatu kebaikan pula.

-end

Untuk Nadine, selamat tunangan *saya ga tahu bahasa Inggrisnya apa*. Hope to see you soon dengan cincin di jari mu. Terimakasih atas "pencerahan" nya. Safe flight !

Share: